Minggu, 03 Juni 2018

BAB VIII - Membiasakan Adab Membaca Al-Qur’an Dan Doa


BAB VIII
MEMBIASAKAN ADAB MEMBACA AL-QUR’AN DAN DOA
A.    ADAB MEMBACA AL-QUR’AN

1.      Pengertian Membaca al-Qur’an
Membaca dalam bahasa Arab adalah qira’ah. Ia meupakan bentuk masdar dari qara’a . Kata al-Qur’an juga merupakan bentuk masdar kedua dari qara’a yang artinya memadukan atau mengumpulkan. Menurut sebagian ulama hal yang demikian itu karena al-Qur’an merupakan kumpulan dari kitab suci-kitab suci terdahulu bahkan merupakan muara dari seluruh ilmu pengetahuan. Sementara dalam kamus bahasa Indonesia membaca berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik melisankannya atau hanya di dalam hati. Dengan demikian membaca bukan hanya sekedar menyuarakan tetapi masuk juga di dalamnya tadabbur atau memahami dan mengkaji.
Sementara al-Qur’an secara terminology berarti firman Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw yang membacanya merupakan ibadah.
2.      Perintah membaca Al-Qur’an
Allah Swt telah menurunkan al-Qur’an agar manusia membaca dan melakukan tadabbur terhadapnya.  Kelebihan al-Qur’an dibandingkan dengan kitab suci lainnnya adalah terpelihara keorisinalitasannya. Oleh karena itu Allah Swt memerintahkan manusia untuk membacanya, baik berdasarkan alqu’an atau sunah nabi.
Didalam al-qur’an Allah swt Berfirman;
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.(QS.Al ‘Alaq(96:1).
3.      Adab membaca Al-Qur’an
Agar bacaan yang dibaca berkualitas dan khusu’, maka seorang muslim harus memperhatikan adab-dab membaca al-Quran sebagai berikut:
a.       Orang yang membacanya
 Orang yang hendak membaca al-Qur’an agar berwudhu terlebih dahulu, dalam posisi sopan dan tenang dengan menghadap kiblat serta posisi kepaa metunduk menghadap al-Quran.
b.      Ukuran bacaannya 
Dalam membaca al-Quran khususnya yang terkait dengan banyak atau sedikitnya, maka hal tersebut dikembalikan kepada kebiasaan membaca masingmasing individu. Di Kalangan sahabat nabi seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab menghatamkan al-Quran satu minggu sekali. Sementara Sofyan al-Tsauri menganjurkan agar dalam membaca al-Qur’an tidak kurang dari seratus ayat dalam setiap harinya.
c.       Murattal
 Disunahkan dalam membaca al-Quran dilakukan dengan murattal. Membaca murattal  berarti membaca secara perlahan tidak serampangan dan tergesa-gesa. Hal ini dimaksudkan agar hak-hak huruf al-Qur’an dari sisi makharij al huruf dan tajwidnya terpenuhi. Selain itu agar si pembaca dapat menghayati dan memahami maknanya dan inilah yang dimaksud dengan tadabbur ayat. Membaca murattal ini dianjurkan oleh Allah swt.
Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al­Quran itu dengan perlahan­lahan”.(QS. Al­Muzzammil(73):4)
d.      Menangis
Di dalam al-Qur’an banyak terkandung ayat-ayat tentang ancaman serta janji janji Allah Swt, khususnya yang terkait dengan hari akhirat. Sudah sepatutnya orang yang membaca al-Qur’an merenungi dan meresapi kandungan ayat-ayat tersebut sehingga secara tidak disengaja akan keluar dengan sendirinya cucuran air mata. Hal inilah yang sesungguhnya akan membuat khusu’ di dalam membaca al-Qur’an.
e.       Memperhatikan
Hak-hak Ayat Di antara adab membaca al-Qur’an adalah memperhatikan hak-hak ayat. Hakhak ayat yang dimaksud di sini bukan terkait dengan makhraj atau tajwid  karena hal tersebut sudah dibahas di atas. Hal ini terkait  dengan ayat-ayat sajadah. Apabila seseorang membaca ayat sajadah, maka hendaklah ia tidak melanjutkan bacaan, melainkan ia melakukan sujud terlebih dahulu. Demikian pula apabila seseorang mendengar ayat sajadah dilantunkan, maka sudah sebaiknya ia bersujud karena mendengar ayat tersebut.
f.       Memulai Membaca al-Quran Dengan Ta’awudz
Dianjurkan bagi siapa saja yang hendak memulai membaca al-Qu’ran agar membaca ta’awudz terlebih dahulu. Hal ini karena di dalam bacaan ta’awudz terkandung permohonan perlindungan dari setan yang terkutuk yang sering kali mengganggu bagi orang yang membacanya. Selain itu apabila seseorang membaca al-Qur’an lalu membaca ayat tentang tasbih, maka hendaknya ia bertasbih. Apabila membaca tentang anjuran memohon ampun, maka hendaklah ia beristighfar and berdoa. Demikianlah seterusnya tergantung pada ayat yang bersangkutan agar khusu’ dalam membacanya.
g.      Membaca dengan suara lembut
Membaca dengan suara lembut dengan tidak keras atau nyaring sangat dianjurkan khususnya bagi orang yang mengkhawatirkan timbulnya sifat riya. Sementara apabila tidak khawatir terjadi riya dan tidak mengganggu orang yang sedang shalat atau dalam rangka syiar agama, maka membaca dengan suara keras dianjurkan karena hal tersebut lebih membangkitkan semangat bagi pembacanya. Selain itu ia bisa mengusir rasa ngantuk dan meminilimasir sifat malas saat mmbacanya.
h.      Membaca Dengan Suara yang Merdu dan Berurutan
Membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu tentu dianjurkan. Kandungan alQur’an dengan tata bahasa yang bagus apabila dikolabarasi dengan lantunan suara al-Qur’an yang merdu tentu akan menambah keindahan al-Qur’an. Dahulu para sahabat nabi apabila berkumpul, Rasulullah Saw akan memerintahkan salah seorang dari mereka yang memiliki suara bagus untuk membaca al-Qur’an.



B.     ADAB BERDOA

1.      Pengertian berdoa
Doa berarti permohonan, harapan dan memuji kepada Allah Swt. Doa dilakukan oleh manusia karena manusia meyakini ada kekuatan besar yang memberikan andil dalam kehidupan, yaitu Allah Swt. Doa menurut Ibnu al- Qayyim doa merupakan sebab yang paling kuat dalam menolak sesuatu yang tidak diinginkan dan merupakan sebab terkuat bagi sesuatu yang diinginkan. Doalah yang menolak, mengobati dan mencegah timbulnya musibah bahkan melenyapkan atau meringankan musibah itu sendiri karena doa merupakn senjata bagi seorang mukmin. Allah Swt menganjurkan manusia untuk berdoa dan ia menyatakan bahwa dirinya dekat.
”Dan apabila hamba­hamba­Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),  bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada­Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah­Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada­Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al Baqarah(2) : 186).
Doa terbagi menjadi dua macam, yaitu: Doa masalah dan doa ibadah. Doa masalah ialah permohonan seorang hamba akan hal-hal yang bermanfaat baginya atau agar terhindar dari kerusakan. Sementara doa ibadah adalah memohon kepada Allah Swt dengan berlaku ikhlas kepadaNya dalam beribadah untuk mendapatkan apa yang ia inginkan atau agar ia terhindar dari suatu kejahatan yang akan menimpanya. Hanya saja dua hal ini sesungguhnya terkait dengan kuat.
2.      Adab Berdoa 
 Imam al-Ghazali menyatakan ada 10 hal adab berdoa:
a.       Berdoa di Waktu-Waktu Khusus
 Waktu-waktu khusus yang dimaksud seperti hari ‘Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijah, Ramadhan satu bulan penuh, hari jum’at dan waktu sahur atau sepertiga akhir malam.
b.      Berdoa Pada Kondisi Tertentu
 Kondisi yang dimaksud seperti berdoa saat turun hujan, akan melaksanakan shalat lima waktu, jedah di antara adzan dan iqamah dan saat bersujud. Sebenarnya waktu-waktu yang memudahkan terkabulnya doa kembali pada kondisi yang ada. Misalnya ketika waktu sepertiga malam di mana waktu itu adalah waktu yang sunyi yang tepat untuk berdoa sehingga bisa menjadi khusu’.
c.       Menghadap Kiblat
 Dalam berdoa hendaklah seseorang menghadap kiblat karena ini adalah arah yang dituju oleh orang yang hendak beribadah kepada Allah Swt. Selain itu hendaklah doa dilakukan dengan mengangkat kedua tangan dengan merenggangkan keduanya sejajar dengan bahu sehingga warna putih yang ada pada kedua ketiaknya terlihat. Selain itu seseorang disarankan untuk mengusap kedua wajahnya. Dalam hal ini Umar R.A. berkata: “Rasulullah Saw apabila memanjangkan tangannnya dalam berdoa, maka ia tidak mengembalikan pada posisi semula sampai ia mengusap wajahnya dengan kedua tanggannya”.
d.      Melirihkan Suara di Antara Suara Pelan  Sekali dan Keras
Melirihkan suara artinya dalam berdoa tidak dilakukan dengan berdiam atau berdoa di dalam hati. Tidak juga dilakukan dengan suara keras atau dengan berteriak-teriak. Lakukanlah doa dengan suara yang sedang apalagi bila doa dengan berjamaah.
e.       Tidak Berdoa Dengan Kalimat Yang Dibuat-buat.
Dalam berdoa sebaiknya dilakukan dengan doa-doa yang ma’tsur atau doa-doa yang terdapat di dalam al-Qur’an atau berasal dari Rasulullah Saw. Hal ini dilakukan karena terkadang seseorang dalam berdoa memohon sesuatu yang sesungguhnya tidak mengandung maslahah bagi dirinya.
f.       Tunduk dan khusu’
 Posisi seseorang yang berdoa di hadapan Alalh Swt seperti posisi seorang atasan dan bawahan. Karena doa memang sejatinya permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan demikian diperlukan ketertundukan dan khusu’. Khusu’ dalam berdoa diperlukan karena saat itu memang yang pantas dilakukan. Jika seseorang khusu’, niscaya Allah Swt senang dan mengabulkan doanya.
g.      Berdoa
Dengan Tekad Yang Kuat Dan Yakin Akan  Terkabul Dalam berdoa seseorang dianjurkan agar yakin dengan terkabulnya doa yang dipanjatkan. Oleh karena itu saat berdoa hendaklah tidak menggunakan kata-kata yang kurang meyakinkan seperti kata apabila Engkau menghendaki Ya Allah. Katakata tersebut memiliki kesan bahwa yang berdoa kurang yakin akan terkabul doanya.
h.      Mengokohkan doa dan Mengulang-ulangnya
Di dalam berdoa hendaklah dilakukan denagn memperkokoh posisi doa. Agar doa menjadi kokoh, maka doa sebaiknya diulang beberapa kali. Hal ini memberikan kesan bahwa doa yang dipanjatkan dilakukan dengan serisu dan sungguh-sungguh. Dengan demikian doa yang panjatkan akan cepat dikabaulkan oleh Allah swt
i.        Memulai Doa Dengan Memuji Allah Swt
Seseorang yang berdoa hendaklah memulai doanya dengan berdzikir kepada Allah Swt lalu membaca shalawat kepada Rasulullah Saw. Kurang etis apabila dalam berdoa langsung dimulai dengan permohonan, sebab bagaimanapun Allah Swt merupakan Dzat yang Maha Agung yang syarat dengan pujian.
j.        Mensucikan bathin   
Di antara adab berdoa yang tidak kalah pentingnya adalah kesucian bathin. Etika berdoa seperti ini kurang diperhatikan oleh seseorang yang berdoa. Padahal salah satu kunci terkabulnya doa ada di sini. Kesucain bathin ini dapat dilakukan dengan bertaubat dan berupaya mengembalikan kezaliman yang pernah dilakukan dan bersemangat di dalam berdoa.



1 komentar: