Minggu, 03 Juni 2018

BAB V MENELADANI SIFAT AL-GHAZALI DAN IBNU SINA


BAB V
MENELADANI SIFAT AL-GHAZALI DAN IBNU SINA
A.    AL-GHAZALI

Al Ghazali adalah seorang ulama besar Islam. Ia dijuluki hujjah al­Islam. Ia dikenal sebagai ahli filsafat dan tasawuf   dan memiliki banyak karya. Pemikirannya memiliki pengaruh yang besar pada perubahan dunia. Mari kita mengenal sedikit tentang Imam al-Ghazali.
1.   Sejarah Singkat Al Ghazali
Al Ghazali memiliki nama asli Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thusi. Ia lahir di kota  Thusi pada tahun 450 H. Ayahnya seorang sufi yang sangat wara yang hanya makan dari penghasilan yang dihasilkan oleh jerih payahnya. Di dalam doanya ia senantiasa meminta kepada Allah Swt agar dikaruniai seorang anak yang pandai dan shaleh dan akhirnya Allah Swt mengabulkan doa nya dan meuncullah al-Ghazali menjadi seorang ahli fikih.
Pendidikan awal Al-Ghazali di Thus lalu ia melanjutkan belajar ke Jurjan di bidang hukum kepada Abu Nasr al Ismaili(1015-1085 M). Pada usia 20 tahun ia pergi ke Nisabur untuk mendalami ilmu fikih dan tauhid kepada al Juwaini(1028-1085) yang kemudian menjadi asistennya. Selain belajar fikih dan tauhid. Ia juga melakukan praktek tasawuf
dibimbing oleh Abu Ali al Farmadzi (w. 1084) yang menjdi murid al Imam Qusyairi (986-
1072 M). Pada tahun 1091 M  ia diundang oelh Nidzam al Mulk (1063-1092 M) untuk menjadi guru besar di Nidzamiah, Baghdad Dari sinilah kemudian ia mulai dikenal dan memiliki posisi yang tinggi.
2.   Keteladanan al-Ghazali
Al Ghazali merupakan sosok yang sangat haus dengan ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan ia pelajari seperti al-Quran, ushul fikih, ilmu kalam, filsafat, fikih dan   ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Selain haus terhadap ilmu pengetahuan, ia juga haus untuk mendalami ruhani.  Oleh karena itu ia meninggalkan kota Baghdad menuju Damaskus melakukan khalwat dan i’tikaf serta mengurung diri di menara masjid kota ini. Setelah itu ia pergi menuju Bait al-Maqdis untuk meneruskan khalwatnya lalu dilanjutkan dengan menunaikan ibadah haji.
3.    Karya-karya al-Ghazali
Al-Ghazali banyak meninggalkan karya tulis. Menurut penelitian terdapat sekitar 72 karya tulis   dan salah satu karya yang paling monumental adalah   ”Ihya Ulumuddin(menghidupkan kembali ilmu-ilmu religius) yang banyak dijadikan rujukan dalam hal mempelajari ilmu Tasawuf.
Karya al Ghazali di bidang filsafat dan logika, adalah Mi’yar al-’ilmi (Standar Pengetahuan,  Tahafut  al-Falasifah  (Kerancuan  para  filosof );  dalam  bidang  akidah Arba’in fi Ushuluddin (Empat Puluh Masalah di Bidang Prinsip-Prinsip Agama), Qowaid al-Aqa’id (Prinsip-Prinsip Keimanan), dan Al-Iqtishad fl al-I’tiqad (Muara Kepercayaan); di bidang Ushul Fikih al- Mustashfa fi ’ilm al Ushul (Intisari ilmu tentang Dasar-Dasar Ilmu Fikih); dalam bidang tasawuf Misykat al-Anwar (Ceruk Cahaya-Cahaya) dan lain- lain.
4.   Akhir kehidupan al-Ghazali
Pada masa akhir sisa hidupnya, al-Ghazali mendirikan madrasah di sebelah rumahnya untuk para penuntut ilmu dan tempat khalwat para sufi. Seluruh waktunya ia gunakan untuk membaca dan mengkaji al-Qur’an, mempelajari hadis serta mengajar. Ia wafat pada tahun 505 H/1111 M di Thusi dalam usia lima puluh lima tahun.



B.     IBNU SINA

Ibnu Sina adalah seorang filosof, dokter serta ulama. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, fisika, metafisika dan   logika serta ilmu-ilmu lainnya. Di Barat ia dikenal dengan sebutan Avicenna.  Berikut biografi Ibnu Sina:
1.   Sejarah Hidup Ibnu Sina
Nama lengkapnya Abu Ali al Husayn ibn Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia lahir pada tahun 370 H/980 M di Efsyanah kawasan Bukhara (Uzbekistan sekarang). Ia dieknal sebagai seorang filosof muslim terbesar yang bergelar Al-Syaikh Al-Ra’is. Ia berasal dari keluarga Persia dan bermadhab Ismailiyah. Ayahnya adalah seorang gubernur pada masa kerajaan Samaniyah (819 M-1005 M).
Ia mulai mempelajari al-Qur’an sejak   usia 5 tahun kepada ayahnya   dan telah menghafalnya di usia 10 tahun. Di usia yang belia ini ia juga mempelajari ilmu akhlak dan bahasa. Setelah itu hari-harinya dihabiskan di perpustakaan. Ia menyukai ilmu kedokteran dan metafisik sehingga di usia 16 tahun ia sudah menjadi seorang dokter. Setelah itu ia belajar filsafat kepada Abu Abdillaj al Natili yang diawali dengan ilmu mantik (logika).
2.   Keteladanan Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan dan filosof besar. Ia sosok yang jenius dan memiliki daya nalar yang tinggi. Karena kejeniusannya ini ia banyak mempelajari sendiri berbagai macam ilmu pengetahuan dengan mudah. Selain jenius ia juga merupakan sosok yang gigih dan haus akan ilmu pengetahuan. Pernah suatu saat ia membaca buku metafisika karya Aristoteles sebanyak empat puluh kali sampai ia menghapalnya hanya saja ia tidak memahami. Meskipun demikian, ia tidak pernah berputus asa. Ia terus mencari buku apa yang dapat menjadi kunci untuk memahami buku Aristoteles tersebut, dan akhirnya ia pergi berjalan-jalan ke salah satu pasar loak khusus buku-buku filsafat dan menemukan buku karya al Farabi sebagai kuncinya.   Selain cerdas dan gigih ia juga merupakan sosok yang taat beribadah  kepada Allah Swt, kreatif, tidak mengenal putus asa, tabah dan tekun dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang dokter yang handal. Ia dapat mengobati berbagai macam penyakit.   Keahliannya di bidang kedokteran menjadi terkenal lagi ketika suatu hari ia dapat menyembuhkan penyakit Nuh ibn Manshur(387 H/ 997 M) seorang penguasa Bukhara.
3.   Karya Tulis Ibnu Sina
Ibnu Sina banyak memiliki karya tulis. Ada pendapat yang menyatakan bahwa karya tulisnya mencapai dua ratus buku. Sebagian pakar lainnya menyatakan bahwa karya tulisnya sekita seratusan  Di antara karya-karya Ibnu Sina Kitab Al ­Syifa (Obat) berupa ensklopedi filsafat; kitab Al-Qanun fi al-Thib (Praktek Kedokteran) di bidang kedokteran; Kitab al­Najah (Keberhasilan) ringkasan dari al­Syifa dalam hal ketuhanan, logika dan ilmu alam serta karya-karya tulis lainnya.
4.   Kisah Akhir Ibnu Sina
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas dan kerja keras sehingga suatu hari ia terkena penyakit maag akut yang sudah tidak dapat diobati lagi. Di hari-hari menjelang wafatnya ia selalu memakai pakaian putih, mensedekahkan hartanya kepada fakir miskin, memerdekakan budak serta giat beribadah kepada Allah Swt. Ia wafat pada tahun 428H/1037M di usia 58 tahun.




1 komentar:

  1. The merit casino bonus codes on registration at online casino
    The minimum deposit, at the maximum amount of €/£/€10 and the maximum amount of €/£/€10, are 1 euro. The minimum 메리트카지노 amount of €/£/€10 and the maximum amount of €/£10

    BalasHapus